Dari Dua Pilihan Yang Kontradiksi, Mana Yang Harus Kupilih?
Dari Dua Kontradiksi, Mana Yang Harus Kupilih?
Kolose 1:9-11 (FAYH) : Sejak pertama kali kami mendengar tentang Saudara, kami terus-menerus berdoa dan mohon kepada Allah supaya menolong Saudara mengerti kehendak-Nya, supaya menjadikan Saudara bijaksana dalam hal-hal rohani, dan supaya cara hidup Saudara selalu menyukakan hati Tuhan serta memuliakan Dia, sehingga Saudara selalu berlaku baik dan ramah kepada orang lain, sementara Saudara terus belajar mengenal Allah lebih baik lagi.
Ketika aku tumbuh dewasa saya dihadapkan pada 2 jenis pengajaran tentang kehendak Allah akan kesembuhan, ada dua kutub yang berlawanan. Kontradiksi yang seakan-akan ditawarkan di depan mataku membuatku bingung, karena kedua kutub memiliki alasan logis.
Yang pertama adalah "meminta Tuhan tanpa henti, dan melakukan sesuatu untuk menyenangkan-Nya (atau setidaknya "menyogok" Tuhan dengan perbuatan kita)" yang terkadang terdengar seperti kita perlu "memelintir" tangan Tuhan. "Ya Tuhan, tolong sembuhkan aku...bukankah selama ini aku setia melayaniMu di gereja dan bahkan aku melayani msayarakat di sekitarku demi kemuliaanMu?"
Dan yang ke-2 yang saat itu aku ikuti adalah "mintalah kepada Tuhan tetapi jangan memaksanya" karena yang ini terdengar lebih sopan dan lebih logis bagiku karena pada akhirnya aku belajar bahwa Tuhan itu berdaulat, kita tidak bisa memaksaNya , kita menghormati keputusan-Nya, kadang Ia menyembuhkan, kadang tidak.
Saya rasa kedua kutub yang saling berkontradiksi ini pun masih ada sampai sekarang dan masing-masing memiliki pendukung.
Pada akhirnya aku melihat bahwa meskipun mereka saling bertentangan, mereka memiliki beberapa kesamaan. Apakah kamu memperhatikan apa yang aku perhatikan? Mereka berdua datang dari alasan yang sama bahwa "tidak selalu kehendak Tuhan untuk menyembuhkan".
Perbedaannya adalah pada responnya :
Kutub pertama berpikir & berkata, "Karena mungkin bukan kehendak Tuhan untuk menyembuhkan, kita harus meyakinkan-Nya dengan melakukan sesuatu yang baik atau menjanjikan sesuatu kepada-Nya untuk menyenangkan-Nya. Dia kemudian akan mempertimbangkan kebaikan kita dan menghargai kita, atau setidaknya Dia akan merasa berkewajiban untuk melakukan sesuatu sebagai balasannya. Pokoknya Dia adil." Sikap "tekun dan pantang mundur" inilah yang biasanya diartikan oleh pihak yang bersebelahan sebagai sikap "memaksa Tuhan".
Sedangkan kutub ke-2 berpikir & berkata, "Tuhan berdaulat dan kita harus menghormati kedaulatan-Nya. Kita hanya bisa memohon kepada-Nya. Aku tidak yakin apa kehendak-Nya, tetapi mari kita lihat apakah Dia melakukannya untuk aku atau tidak." Sikap "santun" inilah yang biasa diartikan oleh pihak sebelah sebagai sikap "kurang iman".
Polarisasi ini seolah-olah membuat orang harus memilih satu dari dua, yang mana yang harus ia percayai sebagai suatu kebenaran. Tetapi hanya karena kita tidak setuju dengan yang satu, bukan berarti kita harus beriman dengan pilihan lainnya.
Bagaimana jika kita berubah pikiran untuk melihat kehendak Tuhan dalam firman-Nya daripada mengambil kesimpulan dari pandangan, pemikiran, pengalaman & bahkan apa yang telah kita pelajari secara agama? Bagaimana jika kita membiarkan firman Tuhan menafsirkan pikiran kita ketimbang pikiran dan pengalaman yang kita menafsirkan firman Tuhan?
Hanya karena kita berdoa untuk seseorang dan orang itu sepertinya tidak sembuh, apakah itu berarti bukan kehendak Tuhan untuk menyembuhkan orang itu? Jika demikian apakah berarti bukan kehendak Tuhan bagi Petrus untuk berjalan di atas air hanya karena ia mulai tenggelam? (Matius 14:30) . Atau hanya karena Adam dan Hawa (dan umat manusia) jatuh, apakah itu berarti kehendak Tuhan bagi umat manusia untuk jatuh? Namun, kita tahu bahwa Dia mengatakan kepada Adam untuk tidak mengambil bagian dari buah pohon pengetahuan tentang yang baik & yang jahat (Kejadian 2:17). Bagaimana kamu melihat kehendak-Nya? Dalam kenyataan atau pengalaman hidupmu, atau dalam FirmanNya?
Aku selalu kagum dengan bagaimana firman Tuhan menghancurkan beberapa "kepercayaan Kristen" ku, karena ternyata pembaharuan akal budi (Roma 12:2) adalah proses belajar seumur hidup. Ya Dia berdaulat, dan dalam kedaulatan-Nya Alkitab berkata dalam Mazmur 103:3 (NKJV) "Yang mengampuni segala kesalahanmu, Yang menyembuhkan segala penyakitmu". Apakah FirmanNya mengatakan "segala" atau "sebagian"? Jadi apa kehendak Tuhan dalam hal pengampunan? Jawaban yang sama adalah jawaban bagi kehendakNya untuk menyembuhkan juga.
Bagaimana dengan Yesaya 53:5 "Oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh"? Bagaimana dengan Yesaya 53:4 "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah." Periksa kata-kata asli dari kata "penyakit" (Ibrani : Choli) dan "kesengsaraan" (Ibrani : Makob = Inggris : Pain) apakah itu mengacu pada penyembuhan fisik juga atau hanya untuk jiwa? - https://biblehub.com/interlinear/isaiah/53-4.htm
Murid-murid Yesus tidak bisa menyembuhkan seorang anak laki-laki dalam Markus 9:18-19, apakah itu berarti bukan kehendak Yesus untuk menyembuhkan? Apa tanggapan-Nya dalam Alkitab? Apakah Ia mengajari ayah anak tersebut bahwa jika murid-muridNya sudah berdoa dalam namaNya dan kesembuhan tidak terjadi itu artinya adalah kehendak Allah untuk tidak menyembuhkan anak tersebut, atau justru Ia menggunakan kejadian tersebut untuk melatih iman murid-muridNya?
Jika kita membutuhkan izin Tuhan untuk mendapatkan kesembuhan-Nya, mengapa Yesus tidak tahu siapa wanita berdarah yang akhirnya sembuh hanya dengan menyentuh jubah-Nya? Mengapa Tuhan tidak memberikan izin terlebih dahulu kepada wanita itu untuk apakah ia bisa menerima kesembuhannya atau tidak? (Matius 9:20–22, Markus 5:25–34, Lukas 8:43–48).
Mungkinkah kita yang perlu yakin akan kehendak-Nya dan belajar (tentu perlu proses dan waktu) untuk berdiri di atasnya terlepas dari berbagai persoalan hidup yang kita alami? Bagaimana dengan kehendak Tuhan yang Yesus sebutkan, "Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga"? (Matius 6:10) Iman berarti setuju dengan kehendak-Nya, dan persetujuan kita dengan-Nya mewujudkan Surga di bumi kita (Matius 16:19) - https://identitasbarudalamkristus.blogspot.com/2021/06/siapayangdimaksudbatukarangdalaminjilmatius.html
Bagaimana jika ternyata kita sebagai anak-anak Tuhan di dalam Kristus sudah diberi wewenang untuk melakukan kehendak-Nya, dan yang kita butuhkan adalah percaya, belajar dan mengamalkannya? Apakah ada "kegagalan" di sini? Seperti proses belajar lainnya, kegagalan tentu ada, tetapi kegagalan tidak menentukan kebenaran Firman Tuhan. Dan ini adalah kabar baik, kita tidak selamanya berada di tingkat iman kita yang sekarang, iman kita selalu dalam proses perumbuhan. Bahkan murid-murid Yesus dan semua rasul-rasul dalam Alkitab berada dalam proses pertumbuhan iman di mana mereka juga pernah gagal.
Yang dibutuhkan adalah keinginan untuk selalu belajar. Kita tidak perlu merasa terkutuk ketika kita gagal karena Tuhan tidak menghukum kita, tetapi Dia melatih dan memberdayakan kita ... ya, terkadang ada "misteri" yang terlibat, tetapi itu adalah bagian dari pelatihan dalam mempercayai Tuhan, mengetahui siapa kita dalam Kristus dan siapa Kristus bagi kita. Jangan sampai hanya karena ada misteri kita tidak bisa lagi membedakan yang mana yang kehendak Tuhan, yang mana tipuan yang ingin mengalihkan kita dari kehendak Tuhan.
Bayangkan seorang bayi belajar berjalan, ia mungkin jatuh, tetapi ia tidak berdiam dalam perasaan bersalah karena tersandungnya atau terlalu banyak bermeditasi dalam "kegagalannya"...ia hanya akan bangun dengan gembira dan belajar berjalan lagi mengetahui cintanya orang tua selalu ada untuknya. Suatu hari dia berjalan seperti orang lain.
Yohanes 14:12 "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, dan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu, karena Aku pergi kepada Bapa-Ku."
Tuhan selalu mengasihi orang, bukan tentang mengancam orang, tanpa menakut-nakuti orang. Yesus datang untuk menyelamatkan. Tidak ada yang memenuhi syarat berkat-Nya, mereka dapat dengan bebas menerima asal mau dan setuju terhadap kehendakNya.
Jadi untuk menjawab "Dari Dua Pilihan Yang Kontradiksi, Mana Yang Harus Kupilih?", kita bisa memilih untuk percaya Firman Tuhan sebagai kebenaran, kita tidak harus sekubu dengan pendapat manusia.
Apa yang kita percayai tentang Tuhan kita? Apakah kita mengijinkan denominasi kita menjadi lensa penafsir Alkitab atau kita justru mengijinkan Firman Tuhan memperbaharui pemikiran kita? Apakah yang kita pelajari dari Firman Tuhan mendiskualifikasi kita dari apa yang sebenarnya sudah Tuhan berikan bagi kita melalui karya sempurna penebusan Kristus di kayu salib, atau justru menyadarkan kita akan apa yang sebenarnya sudah menjadi milik kita melalui karya sempurna penebusan Kristus di kayu salib?
Kolose 1: 26-27 "Rencana itu telah dirahasiakan-Nya selama abad-abad dan generasi-generasi yang lampau, tetapi akhirnya Ia dengan senang hati mengungkapkannya kepada mereka yang mengasihi Dia dan yang hidup bagi Dari Dua Kontradiksi, Mana Yang Harus Kupilih?
Kolose 1:9-11 (FAYH) : Sejak pertama kali kami mendengar tentang Saudara, kami terus-menerus berdoa dan mohon kepada Allah supaya menolong Saudara mengerti kehendak-Nya, supaya menjadikan Saudara bijaksana dalam hal-hal rohani, dan supaya cara hidup Saudara selalu menyukakan hati Tuhan serta memuliakan Dia, sehingga Saudara selalu berlaku baik dan ramah kepada orang lain, sementara Saudara terus belajar mengenal Allah lebih baik lagi.
Ketika aku tumbuh dewasa saya dihadapkan pada 2 jenis pengajaran tentang kehendak Allah akan kesembuhan, ada dua kutub yang berlawanan. Kontradiksi yang seakan-akan ditawarkan di depan mataku membuatku bingung, karena kedua kutub memiliki alasan logis.
Yang pertama adalah "meminta Tuhan tanpa henti, dan melakukan sesuatu untuk menyenangkan-Nya (atau setidaknya "menyogok" Tuhan dengan perbuatan kita)" yang terkadang terdengar seperti kita perlu "memelintir" tangan Tuhan. "Ya Tuhan, tolong sembuhkan aku...bukankah selama ini aku setia melayaniMu di gereja dan bahkan aku melayani msayarakat di sekitarku demi kemuliaanMu?"
Dan yang ke-2 yang saat itu aku ikuti adalah "mintalah kepada Tuhan tetapi jangan memaksanya" karena yang ini terdengar lebih sopan dan lebih logis bagiku karena pada akhirnya aku belajar bahwa Tuhan itu berdaulat, kita tidak bisa memaksaNya , kita menghormati keputusan-Nya, kadang Ia menyembuhkan, kadang tidak.
Saya rasa kedua kutub yang saling berkontradiksi ini pun masih ada sampai sekarang dan masing-masing memiliki pendukung.
Pada akhirnya aku melihat bahwa meskipun mereka saling bertentangan, mereka memiliki beberapa kesamaan. Apakah kamu memperhatikan apa yang aku perhatikan? Mereka berdua datang dari alasan yang sama bahwa "tidak selalu kehendak Tuhan untuk menyembuhkan".
Perbedaannya adalah pada responnya :
Kutub pertama berpikir & berkata, "Karena mungkin bukan kehendak Tuhan untuk menyembuhkan, kita harus meyakinkan-Nya dengan melakukan sesuatu yang baik atau menjanjikan sesuatu kepada-Nya untuk menyenangkan-Nya. Dia kemudian akan mempertimbangkan kebaikan kita dan menghargai kita, atau setidaknya Dia akan merasa berkewajiban untuk melakukan sesuatu sebagai balasannya. Pokoknya Dia adil." Sikap "tekun dan pantang mundur" inilah yang biasanya diartikan oleh pihak yang bersebelahan sebagai sikap "memaksa Tuhan".
Sedangkan kutub ke-2 berpikir & berkata, "Tuhan berdaulat dan kita harus menghormati kedaulatan-Nya. Kita hanya bisa memohon kepada-Nya. Aku tidak yakin apa kehendak-Nya, tetapi mari kita lihat apakah Dia melakukannya untuk aku atau tidak." Sikap "santun" inilah yang biasa diartikan oleh pihak sebelah sebagai sikap "kurang iman".
Polarisasi ini seolah-olah membuat orang harus memilih satu dari dua, yang mana yang harus ia percayai sebagai suatu kebenaran. Tetapi hanya karena kita tidak setuju dengan yang satu, bukan berarti kita harus beriman dengan pilihan lainnya.
Bagaimana jika kita berubah pikiran untuk melihat kehendak Tuhan dalam firman-Nya daripada mengambil kesimpulan dari pandangan, pemikiran, pengalaman & bahkan apa yang telah kita pelajari secara agama? Bagaimana jika kita membiarkan firman Tuhan menafsirkan pikiran kita ketimbang pikiran dan pengalaman yang kita menafsirkan firman Tuhan?
Hanya karena kita berdoa untuk seseorang dan orang itu sepertinya tidak sembuh, apakah itu berarti bukan kehendak Tuhan untuk menyembuhkan orang itu? Jika demikian apakah berarti bukan kehendak Tuhan bagi Petrus untuk berjalan di atas air hanya karena ia mulai tenggelam? (Matius 14:30) . Atau hanya karena Adam dan Hawa (dan umat manusia) jatuh, apakah itu berarti kehendak Tuhan bagi umat manusia untuk jatuh? Namun, kita tahu bahwa Dia mengatakan kepada Adam untuk tidak mengambil bagian dari buah pohon pengetahuan tentang yang baik & yang jahat (Kejadian 2:17). Bagaimana kamu melihat kehendak-Nya? Dalam kenyataan atau pengalaman hidupmu, atau dalam FirmanNya?
Aku selalu kagum dengan bagaimana firman Tuhan menghancurkan beberapa "kepercayaan Kristen" ku, karena ternyata pembaharuan akal budi (Roma 12:2) adalah proses belajar seumur hidup. Ya Dia berdaulat, dan dalam kedaulatan-Nya Alkitab berkata dalam Mazmur 103:3 (NKJV) "Yang mengampuni segala kesalahanmu, Yang menyembuhkan segala penyakitmu". Apakah FirmanNya mengatakan "segala" atau "sebagian"? Jadi apa kehendak Tuhan dalam hal pengampunan? Jawaban yang sama adalah jawaban bagi kehendakNya untuk menyembuhkan juga.
Bagaimana dengan Yesaya 53:5 "Oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh"? Bagaimana dengan Yesaya 53:4 "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah." Periksa kata-kata asli dari kata "penyakit" (Ibrani : Choli) dan "kesengsaraan" (Ibrani : Makob = Inggris : Pain) apakah itu mengacu pada penyembuhan fisik juga atau hanya untuk jiwa? - https://biblehub.com/interlinear/isaiah/53-4.htm
Murid-murid Yesus tidak bisa menyembuhkan seorang anak laki-laki dalam Markus 9:18-19, apakah itu berarti bukan kehendak Yesus untuk menyembuhkan? Apa tanggapan-Nya dalam Alkitab? Apakah Ia mengajari ayah anak tersebut bahwa jika murid-muridNya sudah berdoa dalam namaNya dan kesembuhan tidak terjadi itu artinya adalah kehendak Allah untuk tidak menyembuhkan anak tersebut, atau justru Ia menggunakan kejadian tersebut untuk melatih iman murid-muridNya?
Jika kita membutuhkan izin Tuhan untuk mendapatkan kesembuhan-Nya, mengapa Yesus tidak tahu siapa wanita berdarah yang akhirnya sembuh hanya dengan menyentuh jubah-Nya? Mengapa Tuhan tidak memberikan izin terlebih dahulu kepada wanita itu untuk apakah ia bisa menerima kesembuhannya atau tidak? (Matius 9:20–22, Markus 5:25–34, Lukas 8:43–48).
Mungkinkah kita yang perlu yakin akan kehendak-Nya dan belajar (tentu perlu proses dan waktu) untuk berdiri di atasnya terlepas dari berbagai persoalan hidup yang kita alami? Bagaimana dengan kehendak Tuhan yang Yesus sebutkan, "Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga"? (Matius 6:10) Iman berarti setuju dengan kehendak-Nya, dan persetujuan kita dengan-Nya mewujudkan Surga di bumi kita (Matius 16:19) - https://identitasbarudalamkristus.blogspot.com/2021/06/siapayangdimaksudbatukarangdalaminjilmatius.html
Bagaimana jika ternyata kita sebagai anak-anak Tuhan di dalam Kristus sudah diberi wewenang untuk melakukan kehendak-Nya, dan yang kita butuhkan adalah percaya, belajar dan mengamalkannya? Apakah ada "kegagalan" di sini? Seperti proses belajar lainnya, kegagalan tentu ada, tetapi kegagalan tidak menentukan kebenaran Firman Tuhan. Dan ini adalah kabar baik, kita tidak selamanya berada di tingkat iman kita yang sekarang, iman kita selalu dalam proses perumbuhan. Bahkan murid-murid Yesus dan semua rasul-rasul dalam Alkitab berada dalam proses pertumbuhan iman di mana mereka juga pernah gagal.
Yang dibutuhkan adalah keinginan untuk selalu belajar. Kita tidak perlu merasa terkutuk ketika kita gagal karena Tuhan tidak menghukum kita, tetapi Dia melatih dan memberdayakan kita ... ya, terkadang ada "misteri" yang terlibat, tetapi itu adalah bagian dari pelatihan dalam mempercayai Tuhan, mengetahui siapa kita dalam Kristus dan siapa Kristus bagi kita. Jangan sampai hanya karena ada misteri kita tidak bisa lagi membedakan yang mana yang kehendak Tuhan, yang mana tipuan yang ingin mengalihkan kita dari kehendak Tuhan.
Bayangkan seorang bayi belajar berjalan, ia mungkin jatuh, tetapi ia tidak berdiam dalam perasaan bersalah karena tersandungnya atau terlalu banyak bermeditasi dalam "kegagalannya"...ia hanya akan bangun dengan gembira dan belajar berjalan lagi mengetahui cintanya orang tua selalu ada untuknya. Suatu hari dia berjalan seperti orang lain.
Yohanes 14:12 "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, dan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu, karena Aku pergi kepada Bapa-Ku."
Tuhan selalu mengasihi orang, bukan tentang mengancam orang, tanpa menakut-nakuti orang. Yesus datang untuk menyelamatkan. Tidak ada yang memenuhi syarat berkat-Nya, mereka dapat dengan bebas menerima asal mau dan setuju terhadap kehendakNya.
Jadi untuk menjawab "Dari Dua Pilihan Yang Kontradiksi, Mana Yang Harus Kupilih?", kita bisa memilih untuk percaya Firman Tuhan sebagai kebenaran, kita tidak harus sekubu dengan pendapat manusia.
Apa yang kita percayai tentang Tuhan kita? Apakah kita mengijinkan denominasi kita menjadi lensa penafsir Alkitab atau kita justru mengijinkan Firman Tuhan memperbaharui pemikiran kita? Apakah yang kita pelajari dari Firman Tuhan mendiskualifikasi kita dari apa yang sebenarnya sudah Tuhan berikan bagi kita melalui karya sempurna penebusan Kristus di kayu salib, atau justru menyadarkan kita akan apa yang sebenarnya sudah menjadi milik kita melalui karya sempurna penebusan Kristus di kayu salib?
Kolose 1: 26-27 "Rencana itu telah dirahasiakan-Nya selama abad-abad dan generasi-generasi yang lampau, tetapi akhirnya Ia dengan senang hati mengungkapkannya kepada mereka yang mengasihi Dia dan yang hidup bagi Dia. Dan segala kekayaan serta kemuliaan rencana-Nya itu juga untuk Saudara-saudara, yang bukan bangsa Yahudi. Inilah rahasianya: bahwa Kristus di dalam hati Saudara adalah harapan Saudara satu-satunya akan kemuliaan.”
Bagaimana menurutmu? Apakah "segala kekayaan serta kemulian rencana-Nya" tidak mencakup kesehatan, bahkan kesehatan Ilahi?
www.youtu.be/fSh3gkOYYII
Di atas adalah video kesembuhan Ilahi yang sempat saya rekam : Ini benar-benar bukan tentang sikap "kami lebih baik dari mu", kita sebagai anak-anak Allah telah diberi kuasa Kristus.
Yohanes 14: 12 (FAYH) "Dengan sesungguhnya Aku berkata, seseorang yang percaya kepada-Ku akan melakukan mujizat-mujizat yang sama seperti yang telah Aku lakukan, malahan lebih besar lagi, sebab Aku akan pergi kepada Bapa. Kalian dapat memohon apa saja kepada-Nya atas nama-Ku, dan Aku akan mengabulkannya, sebab hal itu akan mendatangkan pujian kepada Bapa, yaitu karena apa yang Aku, Anak itu, akan lakukan bagi kalian.". Dan segala kekayaan serta kemuliaan rencana-Nya itu juga untuk Saudara-saudara, yang bukan bangsa Yahudi. Inilah rahasianya: bahwa Kristus di dalam hati Saudara adalah harapan Saudara satu-satunya akan kemuliaan.”
Bagaimana menurutmu? Apakah "segala kekayaan serta kemulian rencana-Nya" tidak mencakup kesehatan, bahkan kesehatan Ilahi?
www.youtu.be/fSh3gkOYYII
Di atas adalah video kesembuhan Ilahi yang sempat saya rekam : Ini benar-benar bukan tentang sikap "kami lebih baik dari mu", kita sebagai anak-anak Allah telah diberi kuasa Kristus.
Yohanes 14: 12 (FAYH) "Dengan sesungguhnya Aku berkata, seseorang yang percaya kepada-Ku akan melakukan mujizat-mujizat yang sama seperti yang telah Aku lakukan, malahan lebih besar lagi, sebab Aku akan pergi kepada Bapa. Kalian dapat memohon apa saja kepada-Nya atas nama-Ku, dan Aku akan mengabulkannya, sebab hal itu akan mendatangkan pujian kepada Bapa, yaitu karena apa yang Aku, Anak itu, akan lakukan bagi kalian."
Comments
Post a Comment